Judul artikel ini bisa dianggap
tidak mungkin atau malah
sependapat dengan saya.
Karena usia yang masih muda,
saya melihat dari dua sisi, orang
tua dan generasi muda. Agar
bahasa Batak tetap lestari
tentunya harus selalu
digunakan, minimal diajarkan
ke generasi berikutnya, bila
proses itu sudah tidak berjalan,maka bahasa batak
terancam punah, sirna.
Kita lihat di kota kota besar,
Jakarta, Bandung, bahkan di
Medan dan Pematang Siantar,
anak anak muda sekarang
sudah banyak yang tidak
mampu menuturkan bahasa
Batak ini dengan baik. Sebagian
ada yang masih mampu, tetapi
sangat tidak beraturan,
sebahagian lagi ada yang
mengerti, tapi tidak mampu
menuturkannya. Bahkan
sebagian orang tua ada yang
mengatakan, ai ndang diboto
dakdanak on be marhata Batak,
nunga tubu dison (dikota)
nasida :-(
Melihat kondisi diatas, ada yang
salah dalam diri kita.
Menurut si anak mereka tidak
salah, mereka menyalahkan
generasi diatasnya, orang tua.
Orang tua menganggap si anak
tidak mau belajar.
Seharusnya orangtua
mengajarkan dan melatih si
anak dari usia dini agar mampu
berbahasa Batak. Sama seperti
pembelajaran bahasa
disekolah, bahasa Indonesia,
Inggris, Mandarin, atau Sunda,
mereka dilatih dan diajarkan
kosa kata, tata bahasa yang
baik & benar.
Pernahkah kita melakukan itu
terhadap si anak, atau si anak
sama sekali tidak perduli.
Bahkan ada dari mereka yang
tidak bangga atas jati dirinya,
tercerabut dari akarnya.
Belajar bahasa harus
senantiasa dilatih dan
membutuhkan waktu yang
sangat lama. Dan kita harus
ingat, punahnya bahasa dearah
dimulai dari rumah pemilik
bahasa daerah itu. Kapan itu
akan sirna, tergantung pemilik
bahasa daerah tersebut,
beberapa generasi ke depan,
100 tahun lagi, 75 tahun lagi
atau 25 tahun lagi.
Saya pernah menulis suatu
artikel di internet , dengan judul
Apakah Anda Turut Berperan
Memusnahkan Bahasa Batak
Toba? dengan beberapa
indikator.
Sebagian dari isi tulisan itu saya
sampaikan lagi disini.
1. Karena orangtua (Ayah/Ibu)
sudah tidak bisa berbahasa
Batak lagi.
2. Bila bahasa Batak bukan lagi
bahasa yang dominan di rumah.
(Punahnya bahasa daerah,
dimulai dari rumah pemilik
bahasa daerah itu)
3. Bila orangtua tidak
mengajarkan anaknya bahasa
Batak. Orang tua tidak
menyampaikan kepada si anak
bila mereka berbahasa Batak,
dijawablah dalam bahasa
Batak, bila mereka berbahasa
asing dijawablah dalam bahasa
asing tersebut.
4. Bila Ompung naburjui
berkomunikasi dengan
pahompu harus menggunakan
Bahasa sileban (Indonesia atau
Inggris) biar pahompu yang
manis manis ini mengerti.
5. Bila si anak mengatakan:
“Saya sudah lahir, besar di
(Medan, Jakarta, Bandung,
Jogja, dll) sudah tidak bisa
berbahasa Batak lagi.” Dan
mereka sangat bangga
mengatakan itu. Orang Belanda
ratusan tahun tinggal di
Batavia, tetap saja berbahasa
Belanda. Orang China, India, dll
begitu juga. Orang Jawa
direlokasi ke Sumatra, malah
tetangganya yang Batak jadi
berbahasa Jawa.
6. Bila si anak ditanya dalam
bahasa Batak, Di dia hutam,
Aha Margam? Ise Goarmu?
langsung error tidak nyambung.
Tapi bila ditanya: “Kamu orang
apa?” dia akan menjawab
dengan mantap “Orang Batak”.
7. Bila anak anak di rumah lebih
fasih berbahasa asing (Inggris,
Mandarin atau bahasa daerah
yang lain) dibanding berbahasa
Batak. Padahal menguasai
banyak bahasa tidak ada
ruginya, termasuk bahasa Batak
itu sendiri.
8. Jika ponakan; bere, paraman,
maen, anak kakak, anaknya
adik tidak mampu juga
9. Bila naposo ini mengatakan:
Ngerti seh … tapi nggak bisa
ngomongnya.
10. Ketika orang orang muda ini
berkata “Proud to be Batak”
tapi tidak bisa ngomong.
11. Bila kita beranggapan,
kalau libur sekolah, anak anak
mau dikirim ke kampung untuk
belajar bahasa Batak.
(Kenyataan, dikampung, anak
anak sekarang sudah tidak
berbahasa Batak lagi)
12. Bila orangtua menganggap:
“Hare gini … … anak anak
diajari Bahasa Batak”
13. Bila kita mandok hata
(berbicara) dalam suatu acara
keluarga/pesta, ada yang
teriak: “Pake bahasa Indonesia
saja, biar anak-anak pada
ngerti.”
14. Bila anaknya tokoh adat,
raja parhata, yang rajin ke
pesta dan perduli dengan
urusan adat, tapi anak anaknya
tidak mampu berbahasa Batak
dengan baik.
15. Saat kita berkomunikasi
dengan lawan bicara kita halak
hita (orang kita Batak), dia
reply dalam bahasa lain yang
lebih dominan
16. Ketika orang Batak merasa
malu berbicara dalam bahasa
Batak di keramaian, tempat
umum saat bertemu dengan
halak hita.
17. Kesulitan membaca tulisan
dan banyak tidak dimengerti
tulisan yang dimuat dalam
bahasa Batak seperti yang
ditulis di Blog TanoBatak.
Sekarang kita sulit
mengucapkan hata Batak yang
halus, bahkan cara
menuliskannya, apalagi
aksaranya, sudah duluan hilang,
dihilangkan. Pergi entah
kemana, mago (punah).
Apakah bahasa Batak itu akan
kita biarkan, terancam punah?
Sebaiknya kita sedih bila itu
sampai terjadi. Hanya ada satu
cara sederhana mencegahnya
dan langsung bisa kita
terapkan. Jadikan bahasa Batak
menjadi salah satu bahasa
pengantar di rumah. Kita mulai
dari rumah sendiri, orang tua
terhadap anak dan sebaliknya,
upayakan dibalas dalam bahasa
Batak, kita lakukan setiap hari,
nantinya akan terbiasa dan bisa.
Lakukan juga, di arisan, atau
lingkungan halak hita diluar
rumah. Krim SMS, email dalam
bahasa Batak terutama
terhadap anak muda. Ditulis
dengan benar juga.
Bila kita tidak mampu
melakukan itu, jangan harap
orang lain akan melakukan
pelestarian bahasa Batak.
Jadikan anak anak itu, hela,
parumaen, cucu, bere mampu
berbahasa Batak.
Tapi terkadang juga kita tidak
menyadari betapa hanjurnya
persaan para leluhur kita yang
telah dahulu meninggalkan kita
yang sekarang hidup.
Sepert yang terjadi saat ini
misalkan kita jumpa dengan
teman-teman kita sekampung
dikota-kota besar maka sudah
jelas kita sudah terasa enggan
mengucapkan bahasa Batak
untuk gomong-gomong di
tempat keramaia.
Maka untuk itu kita harus juga
bias mempertahankan apa yang
telah dijalankan para nenek
moyang kita dahulu maka kita
tidak boleh membiarkan hal-
hal ini terjadi.
Buat para pembaca semoga
bisa teransipirasi untuk
menyadari apa yang telah kita
lupakan dan apa yang kita
jalankan ini saatnya.
MAULIATE GODANG TU AKKAN
DONGAN-DONGAN NALAO
MANDALANHON SUDE
NADIGINJANG NAKKING.
RUMAH KITA | Demi menunjang segala aspek dalam kesehatan, maka perlu adanya pembangunan sarana dan prasarana kesehatan . Hal ini yang dirasakan pemerintahan kabupaten simalungun sehingga menggelontorkan dana yang tidak sedikit 1,9 M APBD 2018 demi meningkatkan pelayanan kesehatan warga hutabayuraja kedepannya. Komunitas Rumah Kita mengajak masyarakat agar turut serta merawat gedung ini dengan baik kedepannya. Sehingga pelayanan yang lebih maksimal dapat terpenuhi untuk melakukan pelayanan kesehatan yang terbaik bagi masyarakat Kecamatan Hutabayuraja. Warga hutabayuraja mengucapkan terimakasih kepada Pemerintah Kabupaten Simalungun yang sudah berkenan merehab fasilitas kesehatan berupa Puskesmas di Kecamatan Hutabayuraja. Masyarakat Hutabayuraja pada umumnya sangat membutuhkan Puskesmas ini dibangun di Kecamatan ini, masyarakat sangat bangga karena kami akan mendapatkan pelayanan fasilitas kesehatan yang baik di sini pada saatnya nanti, sehingga tidak lagi harus turun ke p...
Komentar
Posting Komentar